Revolusi Menghafal Qur’an Ala Quantum Tahfidz
Posted by Unknown on Kamis, November 01, 2012 with 1 comment
Sobat amazing yang cinta dan
always life with Qur’an
Kabar baik bagi kita yang ingin
selalu berinteraksi dengan “Kalamullah”. Seiring dengan majunya jaman, canggih
teknologi informasi, tentunya kita sebagai seorang muslim harus memanfaat
kemajuan tersebut dengan bertambah majunya keimanan kita kepada Allah SWT.
Kalau kita ingin melejitkan
potensi diri, kita teringat dengan sebuah buku karangan Bobbi DePorter dan Mike
Hernacki dengan “Quantum Learning” nya. Kalau kita ingin melejitkan potensi
menghafal Al-Qur’an, tentunya Quantum Tahfizh bisa menjadi pilihan
yang tepat.
Quantum Tahfidz (QT)sebenarnya menggunakan
metode yang diadopsi dari Quantum Learning yang berakar
dari upaya Georgi Lozanov, pendidik berkebangsaan Bulgaria. Ia melakukan
penelitian yang disebutnya suggestology. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat
dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar.
Quantum Tahfidz tidak mau kalah dengan Fisika Quantum. Quantum tahfidz
menjelaskan bagaimana cara menghafal efektif sehingga mendapatkan hasil yang
sama dengan kecepatan cahaya. Metode D’One, potret, TTS (Teka-Teki Silang),
titian ingatan, sistem cantol, audio (talaqqi), shalat li hifzhil Quran, 5 ayat
dan kisah adalah sebagian cara Quantum Tahfidz untuk mencapai kecepatan cahaya.
Salahsatu metode yang ditawarkan Quantum Tahfidz adalah metode satu hari satu ayat atau One Day One Ayat yang disingkat D’One. Metode ini digagas dan telah dikembangkan oleh Ustaz Yusuf Mansur untuk para santrinya di pesantren Tahfiz-SDQI Tangerang. Menghafal Alquran satu hari satu ayat adalah metode termudah yang ada selama ini di dunia. Metode Quantum Tahfidz (QT) dapat dikembangkan di mana saja, kapan dan oleh siapa saja, berdasarkan pengalaman di lapangan. Hanya saja metode QT tidak terlepas dari indra, intens, emosional, lain sendiri, kemampuan untuk bertahan, keutamaan pribadi, pengulangan, pertama dan terakhir. Untuk menciptakan asosiasi yang paling tepat maka kita harus fokus pada delapan kata berikut ini:
1. Indra.
Pengalaman menghafal Alquran yang melibatkan penglihatan, bunyi,
sentuhan, rasa atau gerakan umumnya sangat jelas dalam memori kita. Dan jika
menyangkut lebih dari satu indra, suatu ayat yang dihafal bahkan menjadi lebih
mudah diingat. Misalnya, kita membaca suatu ayat yang sedang dihafal dengan
suara keras (jahar), sementara pada saat bersamaan kita melakukan hal itu, kita
melibatkan indra pendengaran dan indra kinestetik (gerakan) seperti ketika
menjadi imam dalam salat.
2. Intens.
Kita cenderung untuk mengingat hal-hal yang absurd, seksual, penuh
warna, berlebih-lebihan dan imajinatif. Dalam menghafal Alquran kita harus
menggunakan mushaf yang berbeda dari yang lain dan enak dipandang mata kita.
Seperti mushaf tajwid berwarna-warni, tulisan khatnya indah tidak kaku,
kertasnya keemasan dan seterusnya.
3. Lain sendiri.
Lain sendiri di sini adalah memberi tanda yang berbeda dari kebanyakan
orang. Dengan perbedaan ini, ingatan akan menjadi lebih tajam. Demikian halnya
menghafal Alquran, jadikan Alquran Anda berbeda dari yang lain, seperti semua
ayat Alquran tertulis hitam putih maka kita dapat menggunakan spidol atau
stabilo pada ayat-ayat yang kita hafal terutama yang sering salah atau lupa.
4. Emosional.
Kesan bermuatan cinta, kebahagiaan dan kesedihan mudah untuk diingat.
Pernah-kah Anda melupakan cinta pertama Anda, atau hari kelahiran anak Anda?
Tentu saja tidak! Begitu pula untuk menghafal Alquran kita akan cepat hafal
pada ayat yang menyentuh emosi kita. Pengalaman penulis berhasil menghafal
surah Yusuf karena kisah Yusuf menyentuh relung-relung qalbu. Di sini
diperlukan pemahaman terhadap ayat yang hendak dihafal.
5. Kemampuan untuk bertahan.
Jika hidup Anda tergantung pada hafalan Alquran, Anda dapat bertaruh
bahwa Anda tidak akan lupa terhadap hafalan Alquran. Seorang santri beasiswa di
Taruna Daarul Quran harus lulus target 3 juz per tahun atau mahasiswa yang
kuliah di perguruan tinggi dimana tahfiz menjadi syarat utama mengikuti ujian
seperti PTIQ, IIQ, LIPIA, Universitas Al-Azhar Kairo, maka mahasiswa akan
berusaha menghafal dengan sungguh-sungguh sesuai target.
6. Keutamaan pribadi.
Kita semua termotivasi untuk mengingat ayat-ayat yang mempunyai arti
khusus bagi kita sebagai individu. Misalnya, ayat yang menjelaskan tentang nama
kita. Ada seorang teman bernama Syaikhu ketika diajak berkenalan ia akan
menyebutkan ayat yang berbunyi “wa abuunaas syaikhun kabiir: Dan ayah kami
seorang yang sudah tua.” (QA Al-Qashash [28]: 23). untuk menjelaskan usianya
yang sudah 40 tahun.
7. Pengulangan.
Pengulangan adalah membaca secara berulang-ulang. Kebanyakan kita
menghafal dengan membaca mengulang-ulang, beberapa informasi menempel selama
waktu singkat. Misalnya kita dapat menghafal al-Fatihah dengan lancar karena
surah ini sering dibaca berulang-ulang dalam bacaan salat. Atau kita mudah
menghafal surah Yaasin karena surah ini sering dibacakan pada malam Jumat atau
di waktu takziyah kematian.
8. Pertama dan Terakhir.
Jika
kita membaca daftar beberapa benda, kita paling mungkin mengingat benda pertama
dan yang terakhir dalam daftar tersebut. Begitu pula dalam menghafal Alquran.
Kita, misalnya, hafal surah al-Fatihah karena terletak di halaman depan Alquran
dan surah An-Naas karena terletak di halaman terakhir Alquran. Maka, dengan
demikian, hal pertama dan terakhir adalah unsur penting.
Melalui kedelapan prinsip Quantum Tahfidz ini, mudah-mudahan seseorang
akan merasakan pengalaman menghafal Alquran yang enjoy, fun dan penuh makna.
Bahkan calon hafiz akan cepat menangkap pesan dan kesan dari ayat-ayat yang
dihafal. Hal ini dikarenakan metode Quantum Tahfidz ini dikembangkan
berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia
antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran),
kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas
memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas
logis-matematis.
Jadi, dengan metode QT ini, tidak ada alasan lagi bagi siapa pun untuk tidak menghafal Alquran. Paling minimal, seseorang harus sudah menghafal surah-surah pendek pada juz amma, juz terakhir sebagai bekal kelak menjadi imam salat.
Jadi, dengan metode QT ini, tidak ada alasan lagi bagi siapa pun untuk tidak menghafal Alquran. Paling minimal, seseorang harus sudah menghafal surah-surah pendek pada juz amma, juz terakhir sebagai bekal kelak menjadi imam salat.
Keep spirit Qur’an. Qur’an is way of life
Categories: artikel, Dunia Tahfidz
Assalamualaikum ada jual buku quantum tahfiz?
BalasHapus